Disaat dirikita merasa panik atas segala usaha, targetan ataupun impian yang mungkin tidak dapat tercapai. Panik atas apakah semua itu, apakah karena tanggung jawab yang tidak maksimal kita lakukan, dikejar deadline, atau hal-hal lainya yang kita belum siap menerima konsekuensinya. Pada dasarnya adalah bahwa sejauh dan sekeras apa kita mencoba untuk menyelesaikan tugas kita. Dengan niat dan kemauan yang kuat, Insya Alloh selalu ada jalan dalam setiap kegiatan kita. Dengan ikhtiar dan ridho atas segala hasil apa yang akan kita tuai nanti.
Kemarin siang, saya mencoba menghubungi dosen pembimbing skripsi saya, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan. Beliau adalah bapak Hasbarullah Ali, SE biasa kami memanggil “ Pak Ali”, besok adalah jadwal saya untuk bertemu beliau, padahal semuanya belum dapat saya lengkapi. Sedangkan beberapa hari ini saya hanya dapat menyalahkan diri, dengan tuduhan bahwa saya tidak dapat maksimal mengerjakan skripsi ini, bahan yang belum semuanya saya dapatkan, saya mencoba menenangkan diri dan mecoba menyelesaiakan semua sedikit-demi sedikit. 24 jam, rasanya kurang cukup >_< belum lagi sederet amanah yang harus terselesaikan.
Subhanalloh!!kemudahan apa lagi yang telah di berikan Alloh kepada saya, Pak Ali terkenal sebagai dosen pembimbing yang cukup disiplain. Di ujung telepon sudah terdengar suara beliau,beberapa pertanyaan saya ajukan,tapi semuaya diluar bayangan saya,beliau memberikan waktu lagi….bahkan beliau menawarkan ingin membantu saya dengan menayakan buku apa yang sedang saya cari ?? suara dalam hati saya mengambil alih atas semua penilaian saya yang sebelumnya agak membuat saya panik 'Afwan jiddan ya pak…” sebelumnya saya membayangkan bahwa tidak ada toleransi dari bapak”. Alloh memberikan jalan lain. Terima kasih ya Rabb….tak terhitung sudah berapa banyak nikmat dan kemudahan yang telah engkau berikan, menambah keyakinan kami bahwa begitu lemahnya kami, begitu berharganya setiap titik kenikmatan itu...
Di sela percakapan dua orang remaja, terdengar lirih suara dari sang Ayah yang rupanya menyimak obrolan dua remaja ini. “ Bukanlah sebuah hasil yang kau dapatkan kelak nak’ dalam menggapai tujuanmu, tapi bagaimana proses dalam mencapainya, karena sesungguhnya hidup ini adalah proses belajar dan belajar “.
Berjuang..ya itulah hidup. Bagiamana caranya kita menjadi seorang pejuang sejati, tidaklah mudah tentunya. Kadang kita merasakan sebuah keadaan yang terasa sulit, tapi belum tentu keadaan yang kita rasakan saat itu di rasakan sama oleh orang lain, karena setiap hal yang kita dapatkan adalah merupakan pelajaran tersendiri bagi diri kita, karena kesenangan tak akan selamnya, begitu pula ujian. Sebuah kebahagian tersendiri bagi orang-orang yang selalu mengharapkan kedekatan dengan Alloh, dengan ujian itu mereka mendapatkan tarbiyah langsung dari-Nya.
Sebuah persiapan dan bekal yang cukup, dalam mengarungi kerikil hidup ini akan membantu dalam perjalanan kita. Bagiamana jika, kita memperjuangkan semuanya sendiri, tanpa merasa ada seorang pun yang membentu. Sesungguhnya orang-orang di sekitar kita hanyalah merupakan sebuah perantara, yang telah di siapkan oleh Alloh untuk membantu kita, karena penolong sejati kita hanyalah ia pencipta kita.
Bila karena rasa letih, lelah dan sakit yang kita rasakan menjadi orang-orang yang manja, maka tidak akan pernah engkau rasakkan, sesungguhnya kehidupan ini adalah sebuah perjuangan. orang-orang yang tidak cukup kuat menepis semua yang terjadi dalam dirinya , bukan lari dari kenyataan tapi mencoba membenahi satu demi satu dari setiap kesalahan.
"kita bisa menjadi orang besar selama kaki berpijak di jalan Alloh dan rasullnya, hidup adalah rantai perjuangan yang makin lama makin sulit, tapi sesungguhnya kebesaran hidup terbentuk lewat perjuangan menghadapi ujian ". sebuah pesan yang saya dapatkan....
Dari Abdullah Jabir bin Abdillah Al-Anshari r.a. bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw.: “Bagaimana pendapatmu jika aku melaksanakan shalat-shalat fardhu, berpuasa di bulan ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram serta aku tidak menambah dengan sesuatu apapun selain itu, apakah (dengan hal tersebut) bisa menjadikan aku masuk surga?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya.” (HR. Muslim) Tarjamatur Rawi
· Jabir bin Abdillah bin Amru bin Haram Beliau adalah Jabir bin Abdillah bin Amru bin Haram Abu Abdillah Al-Anshari, salah seorang sahabat Rasulullah saw. Tinggal di Madinah dan wafat pula di Madinah pada tahun 78 H. Beliau termasuk sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadits Rasulullah saw. Tercatat hadits riwayat beliau sekitar 1.540-an hadits. Beliau juga termasuk sahabat terakhir yang wafat di Madinah. Beliau wafat dalam usia 94 tahun.
· Abu Al-Zubair Beliau adalah Muhammad bin Muslim Abu Al-Zubair Al-Azady, salah seorang di bawah wushta minat tabiin. Wafat tahun 136 H. Beliau mengambil hadits dari sahabat dan juga dari tabiin, di antaranya adalah Anas bin Malik, Aisyah ra, Umar bin Khatab, Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin Zubair, Ibnu Abbas, dan Thawus bin Kaisan. Sedangkan murid-murid beliau adalah Hammad bin Salamah bin Dinar, Sufyan bin Uyainah, Sulaiman bin Mihran, Syu’bah bin Hajjaj, dan Malik bin Anas. Adapun dalam derajat jarh wa ta’dil-nya, sebagian mengkategorikannya tisqah, sebagian lainnya shaduq. Ibnu Hajar Al-Atsqalani mengkategorikan beliau sebagai Shaduq.
· Ma’qil bin Ubaidillah Beliau adalah Ma’qil bin Ubaidillah, Abu Abdullah Al-Harani Al-Abasy, salah seorang Atba’ Tabiin. Wafat pada tahun 166 H. Beliau mengambil hadits di antaranya dari Atha’ bin Abi Ribah, Ikrimah bin Khalid, Amru bin Dinar, dan Ibnu Syihab Al-Zuhri. Sedangkan murid-muridnya adalah Makhlad bin Yazid, Muhammad bin Abdullah bin Zubair bin Umar bin Dirham, dan Abdullah Muhammad bin Ali bin Nufail. Dalam jarh wa ta’dil beliau dikategorikan sebagai shoduq. Gambaran Umum Tentang Hadits Para ulama hadits mengemukakan bahwa hadits ini memberikan gambaran penting tentang kaidah beramal secara umum dalam Islam. Oleh karenanya sebagian bahkan mengatakan bahwa hadits ini mencakup seluruh ajaran Islam. Kaidah yang digambarkan hadits ini adalah bahwa sesungguhnya segala “amal perbuatan” itu boleh dilaksanakan selagi terpatri dengan kewajiban-kewajiban syariat serta tidak melanggar prinsip umum hukum Islam, yaitu menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram.
Terkait dengan hal ini, ulama ushul fiqh bahkan memberikan satu kaidah tersendiri mengenai “bolehnya” melakukan segala perbuatan dalam muamalah dengan kaidah: Hukum asal dalam bermuamalah adalah “boleh”, kecuali ada dalil yang melarang perbuatan tersebut. Makna Hadits Hadits ini memberikan gambaran sederhana mengenai cara untuk masuk ke dalam surga. Dikisahkan bahwa seseorang sahabat (dalam riwayat lain disebutkan bahwa sahabat ini adalah An-Nu’man bin Qauqal) datang dan bertanya kepada Rasulullah saw. dengan sebuah pertanyaan sederhana, “Ya Rasulullah saw, jika aku melaksanakan shalat yang fardhu, puasa yang wajib (puasa ramadhan), kemudian melakukan yang halal dan meninggalkan yang haram, apakah dengan hal tersebut dapat mengantarkanku ke surga?” Pertanyaan sederhana ini dijawab oleh Rasulullah saw. dengan jawaban sederhana, yaitu “ya”.
Hadits di atas secara dzahir menggambarkan “kesederhanaan” amalan yang dilakukannya sebagai seorang sahabat, yaitu hanya melaksanakan shalat dan puasa serta melakukan perbuatan yang dihalalkan dan meninggalkan perbuatan yang diharamkan. Dan ketika perbuatannya tersebut “ditanyakan” kepada Rasulullah saw., beliau pun tidak mematahkan “keterbatasan” yang dimiliki sahabat tersebut, namun justru menyemangatinya dengan membenarkan bahwa dengan hal sederhana tersebut insya Allah dapat membawa dirinya masuk ke dalam surga. Itu artinya, Rasulullah saw dapat memahami bahwa tidak semua muslim memiliki kemampuan yang “lebih”, sehingga ia dapat maksimal melakukan berbagai aktivitas ibadah secara bersamaan sekaligus, seperti ibadah, jihad, tilawah, shaum, shadaqah, haji, birrul walidain dan sebagainya. Namun di antara kaum muslimin terdapat juga yang hanya memiliki kemampuan terbatas; hanya dapat mengimplementasikan Islam sebatas amaliyah fardhu, namun tetap menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Dan Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya (Al-Baqarah: 286). Menghalalkan Yang Halal Dan Mengharamkan Yang Haram Kesederhanaan amalan yang dilakukan seorang muslim hingga dapat membawanya ke dalam surga, dibingkai dengan bingkai “menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram”. Menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram artinya bahwa dirinya atau keinginannya mengikuti apa yang dihalalkan oleh Allah swt. serta menjauhi apa yang diharamkan oleh Allah swt. Dan bukan atas dasar keinginan serta kemauan diri pribadinya (Al-Kahfi: 28). Bahkan dalam hadits, Rasulullah saw. menegaskan bahwa hanya dengan melaksanakan kewajiban seperti shalat, puasa dan zakat saja, namun belum menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, itu semua belum cukup: Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw. bersabda, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut?” Sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta.” Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan shalat, puasa dan zakat. Namun ia juga mencela (orang) ini, menuduh zina (orang) ini, memakan harta (orang) ini, menumpahkan darah dan memukul (orang) ini. Lalu diambillah kebaikannya untuk menutupi hal tersebut. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum terlunasi “perbuatannya” tersebut, maka diambillah dosa-dosa mereka (yang menjadi korbannya) dan dilemparkan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke dalam api neraka (HR. Ahmad). Banyak Jalan Menuju Surga Sesungguhnya jika diperhatikan hadits-hadits Rasulullah saw. lainnya akan didapatkan bahwa banyak amalan sederhana yang jika dilakukan akan mengantarkan kita menjadi ahlul jannah, di antaranya adalah: · Melaksanakan shalat subuh dan ashar. Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang shalat dua waktu dingin (subuh dan ashar), maka ia akan masuk surga (HR. Bukhari). · Tauhidkan Allah dan melaksanakan ibadah fardhu. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa seorang Badui datang menemui Rasulullah saw. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkan padaku satu amalan yang jika aku laksanakan dapat mengantarkanku ke dalam surga?” Beliau menjawab, “Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukannya terhadap apapun, melaksanakan shalat fardhu, membayar zakat yang wajib serta melaksanakan puasa di bulan ramadhan.” (HR. Bukhari) · Mentaati Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Sahabat bertanya, “Siapa yang enggan, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Barangsiapa yang mentaatiku masuk surga, dan siapa yang maksiat terhadapku (tidak mentaatiku) maka ia adalah yang enggan.” (HR. Bukhari) · Beramal sosial. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah di antara kalian yang berpuasa hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Kemudian beliau berkata, “Siapakah di antara kalian yang hari ini mengiringi jenazah?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Kemudian beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang telah memberikan makan pada orang miskin hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Kemudian beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menjenguk saudaranya yang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah semua hal di atas terkumpul dalam diri seseorang, melainkan ia akan masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim) Kunci Surga adalah La Ilaha Ilallah Pada hakikatnya, kunci surga itu adalah kalimat tauhid “Tiada Ilah selain Allah swt”. Sehingga seorang mu’min yang telah mengucapkan kalimat itu dan ia meyakini sepenuh hati atas segala konsekuensinya, maka ia berhak untuk masuk ke dalam surga Allah swt. Dari Ubadah bin Al-Shamit r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang bersaksi bahwasanya tiada tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan bahwasanya Isa a.s. adalah hamba dan utusannya yang merupakan kalimat dan ruh yang ditiupkan pada Maryam, dan bahwasanya surga dan neraka adalah benar adanya, maka Allah swt. akan memasukkannya dalam surga sesuai amal perbuatannya (HR. Bukhari). Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa seorang mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah, berhak mendapatkan surga dari-Nya. Dan sekiranya ia melakukan perbuatan maksiat, maka ia tetap berhak mendapatkan surga namun setelah dosa-dosanya dihapuskan dalam neraka. Celaan Terhadap Orang Yang Mengikuti Hawa Nafsu Penyebab seseorang melakukan satu perbuatan maksiat yang dilarang oleh Allah. adalah karena mengikuti hawa nafsunya. Oleh karenanya dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. pernah mengatakan, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (syariat Allah swt.).” Dalam Alquran Allah memberikan perumpamaan yang amat hina bagi orang yang mengikuti hawa nafsunya: seperti anjing. (Al-A’raf: 176) Mengikuti hawa nafsu ini dapat menjadikan seseorang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. Ini kebalikan dari pesan yang tersurat dari hadits di atas. Oleh karenanya, salah satu bentuk “menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram” adalah dengan membuang jauh-jauh hawa nafsu yang cenderung mengajak pada kemaksiatan pada Allah swt. Dan insya Allah, hal ini akan dapat menjadikan kita termasuk calon penghuni surga. Hikmah Tarbawiyah Bagi seorang mukmin yang senantiasa mengharap ridha Allah swt. ketika membaca sebuah hadits, ia akan berupaya untuk mentadaburi hadits tersebut sehingga memberikan bekal dalam perjalanan panjangnya. Di antara hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas adalah: Bahwa kesederhanaan dalam beramal, disertai ketulusan dan keikhlasan untuk senantiasa berpijak pada syariat Allah, insya Allah akan mengantarkan seseorang pada surga Allah swt. Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk memiliki “prestasi” yang menonjol dalam amalan ukhrawi, sehingga tidak baik bagi seorang dai untuk ‘memaksakan’ suatu amaliyah tertentu pada obyek dakwahnya yang tidak sanggup mengembannya. Namun bukan berarti bahwa setiap orang harus dinilai berdasarkan ‘pengakuan’ dan ‘keinginannya’ saja. Karena manusia jika tidak dipacu untuk maju, akan sukar baginya untuk maju. Bahwa dalam muamalah, Islam memberikan kebebasan mutlak untuk melakukan inovasi amal, selama tidak ada dalil yang melarang satu perbuatan tertentu. Apakah di bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, seni, budaya, dan lain sebagainya. Namun semua hal ini tetap harus dalam ‘frame’ untuk menegakkan kalimatullah di muka bumi ini, serta harus diproteksi dengan sistem yang dapat menjaganya dari kekeliruan dan potensi penyelewengan. Hal ini berbeda dengan masalah ibadah, yang tidak boleh dilakukan kecuali adanya dalil yang memerintahkannya. Seorang dai haruslah bersikap bijaksana dan senantiasa memotivasi objek dakwahnya untuk beramal, kendatipun kecilnya amalan tersebut. Karena dengan adanya motivasi, seseorang akan terus tergerak untuk beramal yang lebih baik dan baik lagi. Sikap ini tergambar dari jawaban Rasulullah saw. dalam hadits di atas. Sebuah cita-cita yang besar demi kemaslahatan umat, tidaklah bisa dijadikan satu alasan untuk meninggalkan perkara-perkara yang kecil. Hadits Abu Bakar Al-Siddiq di atas menggambarkan kepada kita, betapa perhatiannya Abu Bakar terhadap masalah kecil, seperti menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, memberi makan orang miskin, dan sebagainya. Padahal beliau merupakan sahabat yang paling besar andilnya dalam mensukseskan dakwah pada masanya. Sehingga jangan sampai karena alasan cita-cita yang besar, seorang dai mengabaikan amaliyah-amaliyah kecil. Dalam beberapa hadits, shalat dan puasa selalu disebutkan sebagai amalan yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga. Hal ini menunjukkan ‘pentingnya’ peranan shalat dan puasa. Sehingga tiada alasan bagi seseorang mengabaikan kedua ibadah ini dalam kondisi apapun juga. Penyebutan shalat dan puasa yang berulang-ulang, sekaligus menunjukkan bahwa sesungguhnya shalat dan puasa memiliki implikasi positif dalam diri siapapun yang mengamalkannya. Shalat dan puasa bukanlah sebuah ritual yang ‘wajib’ dilaksanakan dan setelah itu sudah. Namun shalat dan puasa adalah ibarat pondasi dasar dan pagar yang dapat membentengi iman dari kerusakan dan kehancuran.
Beberapa hari ini Jakarta di guyur hujan, hampir setiap hari jakarta hujan. pagi, siang dan malam, tapi yang saya dengar di daerah kampung melayu sudah tergenang banjir, beberapa ratus rumah warga tergenang, tidak bisa melihat langsung memang, tapi tampak beberapa posko berdiri dan berjejer mobil-mobil dari stasiun TV swasta untuk meliput. Rabu malam hujan di tambah angin, cukup derasa.
Bila beberapa bulan kemarin warga Jakarta hanya bisa melihat dan mendengar lewat media-media elektronik berita-berita banjir dan longsor di Sumatra, kalimantan, sulawesi, bahkan di daerah pulau Jawa sendiri. Sekarang warga Jakarta merasakan banjir juga, dan di perkirakan oleh BMG selama Februari ini jakarta akan di guyur hujan. Banjirnya pun tidak pilah-pilah mana tempat yang harus dia hampiri, seperti daerah perkantoran sepanjang jalan Thamrin pun banjir.Ternyata banjir pun mengepung Istana Negara, Ada beberapa lokasi yang mengalami banjir parah dia antaranya, pesanggrahan Jak-Sel hingga 1,6 meter, cipinnag Jak-sel 1,5 metr, cilincing jak-ut 1,5 meter, karang-tengah Tanggerang 2 meter,( Tempo edisi no.2033/TH.VI)
Kantor hari ini tampak sepi, wah jangan-jangan libur nich karena banjir :-D, jumlah karyawan yang datang pun bisa di hitung, ada juga yang kembali pulang karena tidak bisa melewati genangan air yang cukup meluap.
Bagaimana dengan warga yang harus tinggal di tenda-tenda darurat, di himpit rasa dingin dan lapar. Teman saya tadi pagi bercerita, dia bilang salah satu rumah dosenya tergenang banjir hingga 3 meter, Alhamdulillah keluarga bisa selamat, Subhanalloh... Tapi bukan jakarta kalau tidak terkena banjir, jumlah penduduk yang padat tidak seimbang dengan tingkat kebersihanya. Got-got macet, pengolahan sampah tidak optimal, jadi ingat Mega Survey- saatnya mendengar, dalam mega survey warga jakarta dapat memberikan masukan serta harapan untuk jakarta ke depan. sederet masalah di jakrta teruraikan cukup banyak juga, banjir, sampah, got macet, premanisme, dan masih banyak lagi.
Mari lebih menjaga kebersihan, Jangan sampai masalah ini menjadi masalah yang turun temurun, dan sudah menjadi hal yang biasa tanpa ada rasa tanggung jawab dari masing-masing warga. Indonesia yang bersih, ramah, aman, Jauh dari bencana adalah harapan setiap warga. Karena bisa jadi musibah yang kita alami adalah akibat dari perbuatan kita sendiri.
Ahad siang saya dan teman saya berencana pergi ke salah satu pusat toko buku islam di daerah Jakarta selatan. Sebelumnya saya sudah membuat janji dengan pemilik toko buku tersebut untuk mengambil product yang dulu pernah saya titipkan di sana.
Siang itu begitu terik dan lumayan gerah, alhasil yang ada di benak hanya minum..dan minum. Dan kali ini, untuk kesekian kalinya kita pergi bersama dan tidak tahu mobil mana yang menuju ke tempat tujuan, setelah bertanya sambil menunggu mobil, ada mikrolet yang lewat, sambil melambaikan tangan mobil pun berhenti, “ pak lewat tebet timur dalam VIII ga?” lewat neng..’ kata sang sopir. Naik lah kita. Selama di perjalan masih baik-baik saja, dan di saat mendekati tempat yang kita tuju..trnyata TTD ( jl. Tebet timur dalam nya ambil rute dari sebelah komplek, dari situ jalan nya TTD F,G, dll….wah kayaknya kita salah mobil nich. Bisik saya pada teman saya.
Akhirnya kita memutuskan untuk turun, dan jalan kaki sambil bertanya-tanya….pertama kita bertanya pada pak satpam yang sedang memakirkan mobil di komplek tersebut. Tapi jawabnya nihil..bapak tersebut tidak tahu.Untuk lebih memudahkan kita ambil patokan tempat yang mungkin orang lebih mengenalnya, Toko Kue " L", karena tempatnya tidak jauh dari situ. Sebenarnya saya sering ke sana, tapi biasanya saya pakai motor, dan rute jalanya pun beda. Ya sudahlah coba kita jalan aja..sambil lihat-lihat kira-kira jalan yang menuju keluar jalan raya. Namanya juga di komplek, jarang terlihat orang berlalu lalang, sampai akhirnya kita jalan..dan jalan sampai ketemu perempatan di depan ada anak kecil coba dech kita tanya. “ dek, kalau mau ke toko kue “ L” lewat mana yach..” oo…kakak lurus aja, belok kanan, bla..bla… ! kita ikuti petunjuknya…alhamdulilah lumayan jauh juga jalanya. Dan sepertinya sudah menampakkan hasil :-)
Sampai di sana sudah pukul 13.45 WIb, tapi selama kita dalam perjalanan tidak melihat masjid satu pun. Apa mungkin tertutup rumah yang besar-besar ini yach. Akhirnya bertanya lagi dengan salah satu penjual gorengan, yang sepertinya mengerti daerah di situ. Sambil jalan dan mencari-cari, temen saya berucap “ Alloh itu maha adil yach, kita ga tahu tempatnya di mana? hikmahnya kita jadi berdo’a dan mengingat padanya “. Iyaa…Subhanalloh ya..!! Sambil mencari-cari, akhirnya kita sampai juga di masjid. Terlihat ramai siang itu, sepertinya pengajian ibu-ibu, ( atau sedang memperingati tahun baru Islam) masjidnya tidak terlalu besar dan situasi di dalam masjid penuh dengan ibu-ibu.Kedatangan kita cukup menarik perhatian ibu-ibu, banyak ibu-ibu yang meperhatikan kedatangan kita, asing mungkin bagi mereka. Wah sholat di mana kita?? Di teras sepertinya tidak terlalu bersih, selesai mengambil wudhu kita berniat meninggalkan masjid dan ingin mencari masjid lagi, mungkin ada di sekitar komplek perumahan ini. Alhamdulillah…sebelum kita meninggalkan masjid sambil tengok-tengok, ada plang bertuliskan “ Tempat sholat Wanita”. Alhamdulillah kita bisa sholat di situ, tanpa harus mencari-cari lagi.
Hari itu, tidak cukup teduh Jakarta, kita harus jalan dan jalan, tapi tidak terdengar keluhan sedikitpun dari teman saya, jazakillah ukhti…sudah bersedia menemani saya. Perjalanan pulang pun, kita kembali jalan kaki, karena setelah bertanya kepada tukang ojek, ternyata klau ingin ke stasiun lebih dekat jalan kaki ketimbang harus naik bus atau mikrolet. Ada yang lucu saat perjalan pulang, ternyata kita melewati jalan yang sebelumnya tadi, saat ita bertanya pada pak satpam. “ lho..kayaknya ini jalan yang tadi ya ra’.. ? wekkk…… Muter..muter juga sama aja :-D
Alloh selalu meberikan jalan dan kemudahan, padahal kita sempat bingung juga, karena cukup sepi daerah tersebut. Atau mungkin jam istirahat siang! Samapi akhirnya kita melihat penjual Es buah..subhanalloh adem rasanya...! Perjalanan kesekian kalinya bersama Ukhti.. Nyasar dan tidak tahu jalan :-D.
Setiap orang pasti ingin merubah setiap hal yang di rasanya buruk, sifat buruk seseorang pun dapat di sadari oleh orang tersebut, tetapi ada juga yang sudah mengetahuinya tapi tidak dapat berubah. ada pula yang sadar akan sifatnya, dan sedikit demi sedikit melakukan perubahan. Tidak jarang kita pernah merasa kecewa dengan orang lain, atas sikap nya yang dapat menggelitik hati kita, tapi ada yang tidak sedikitpun menyadarinya. Dengan seenaknya ia mengulangi itu semua, tidak mudah memang untuk dapat bisa memahami dan mengerti sikap orang lain yang pada saat itu, orang tersebut berbuat kesalahan kepada kita.
Sesungguhnya dengan melatih diri untuk sedikit demi sedikit memahami kenapa hal tersebut dapat terjadi, mungkin akan sedikit terasa ringan, mencoba bagaimana jika kita berada pada posisi tersebut? apa yang akan kita lakukan. Tapi berharap seseorang itu dapat berubah menjadi lebih baik tentunya tidak dosa khan. Setiap perubahan tidak selalu dapat berlangsung dengan cepat tanpa proses terlebih manusia, yang watak dan pola pikirnya baik maupun buruk sudah terbentuk sejak lahir dan bisa terkondisikan lewat lingkungan. Tapi tidak semua hal yang menurut kita baik-baik saja, itu terasa nyaman bagi orang lain. Kembali dari itu semua, yachh...bahwa Manusia adalah makhluk yang di ciptakan dengan kekurangan dan kelebihan.
Dalam hidup, kita selalu di hadapkan pada sebuah pilihan, apapun itu? Dan seseorang itu akan terlihat, bila ia berada pada sebuah perempatan, apakah ia tipe orang yg tegas, plin plan,menunggu atau pun langsung dapat mengambil keputusan. Subhanalloh..Manusia itu akan menjadi lebih baik dengan proses dan ujian. Maka marilah kita nikmati setiap proses dalam diri kita, dengan selalu mengoreksi apa yang harus kita perbaiki sehingga dapat bermanfaat bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Selama perubahan itu dapat menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya, kenapa tidak kita lakukan.
Kalau sudah sampai di dekat tempat kerja, dan di turunkan dari mobil jemputan " Metromini..^_^ " ya sudah tinggal berdiri sambil celingak clinguk mencari sela untuk bisa nyebrag. Kayaknya setiap hari kalau ingin nyebrang agak susah.., sepertinya para pengendara harus mengejar waktu untuK sampai di tempat tujuan tepat waktu! jumlah kendaraan di Jakarta sendiri semakin hari semakin bertambah. Mobil lalu lalang tidak ada hentinya, " duch kasih kesempatan donk dua 10 detik saja untuk menyebrang .." , Mereka para pengendara kendaraan apakah tidak pernah merasakan bagaimana kalau ingin menyebrang, sedangkan tidak satu kendaraan pun yang bersedia sedikit mengurangi lajunya ?? Kadang-kadang sampai malu sendiri, pernah sampai ngerasa agak lama juga yach saya berdiri, padahal nyebrang juga tidak sampai 1 menit. Tapi biasanya saya sudah siap mengantri menyebrang dengan Tukang sayur atau ketoprak. Dulu pernah hampir saja tukang sayur yang sedang mendorong gerobaknya hampir tertabrak, pernah juga saya hampir saja terserempet sebuah mobil, yang rupanya siempunya tidak mau memberikan sedikit kesempatan untuk saya dapat menyebrang, atau bahkan sedikit me-ngerem laju mobilnya. Tapi Alhamdulillah, Alloh masih melindungi saya..
Pagi ini saya melihat ada seorang Ibu dan anaknya sepertinya sedang menunggu akan menyebrang juga, tangan mungil sang anak tampak erat menggenggam jemari ibunya, sambil menuggu tidak tahu kenapa pandangan saya tertuju pada wajah anak kecil yang lucu itu, sambil memberikan senyum ternayata dia juga curi-curi pandang :-) dan senyum lembutnya pun terlihat. Setelah beberapa kali tersenyum, gemas juga akhirnya saya mencoba menghampiri dan menyapa Ibu dan anak tersebut. Dan terjadi beberapa obrolan, sambil menunggu agak lengah jalanan.
S ( saya ) : " mau nyebrang bu..'??
I (Ibu ) : " Iya..Mba, tapi masih ramai".
Tapi tidak lama kemudian, akhirnya kita bisa juga menyebrang.
S : sambil menyapa si kecil..." namanya siapa sayang...??
I : tuch..di tanya tante'..tuch' Raka tante..'
masih sambil tersenyum malu-malu, duch lucu banget, tapi sepertinya baru kali ini saya melihatnya di komplek perumahan ini.
S : salim...sama tante? sambil menunduk dan tersenyum Raka mau salim.
S : sudah sekolah bu anaknya? kelas berapa?
I : belum mba, masih dua tahun..! tapi dia biasanya ngaji tiap sore, sudah iqro 3 jelas sang Ibu.
S : wah...Raka pinter yach..
I : iya..Raka ngajinya sama tante aja...canda sang Ibu
S : Iya ..mau ngaji sama tante..? sambil menggoda Raka, tapi sayang saya tidak bisa lama untuk menggoda Raka. karena saya harus pamit untuk duluan, dan pertemuan ini di akhiri dengan tatapan Raka dan senyumnya yang malu-malu, hanya sampai di sana obrolan kami pagi ini. Mudah-mudahan besok pagi bisa ketemu Raka lagi :-) dan Aktivitas pun kembali di arungi!Senyum si kecil, yang dapat menambah semangat di pagi ini..
BetApa kecIL maNusia di tengAh HamParan DuNia, KeruGianlah baGi meReka Yang Tiada MentafakurinYa.
Bilakah HaTI manusIa terBuka UntuK TuHanya, kedamaianLah BagI meReka di Saat JumPa deNGanNya....
