Cursors

 
Sunday, May 14, 2006
PeniKmat HarTa
Seperti biasa hari ini di lalui dengan aktivitas yang mudah-mudahan ada sedikit ilmu yang di dapatkan dan bermanfaat. Berangkat pagi menuju sebuah tempat dimana aku bisa belajar, lebih banyak mengabiskan waktu, dan mengenal beberapa karakter orang. Dengan transportasi yang merakyat yaitu "kereta" dan siap membawa dan menyebarkan penumpangnya ke berbagai tempat dan tujuan. Dari karyawan, pelajar, mahasiswa, pedagang, sampai lansia masuk jadi satu di dalamnya. Tentu saja dengan berbagai kejadian yang siap terjadi, dengan skenario yang sudah di siapkan Allah pada semua umatnya yang berada di buminya ini.
Suasana baru, atau bahkan kebosanan, mungkin juga kejutan yang siap menanti. Tinggal bagaimana kita menyikapi kejadian yang akan menimpa kita nanti, sabarkah? Ikhlaskah? Atau sebaliknya. Seperti apa juga yang akan terjadi hari ini padaku?

Melihat suasana di kantor memang kadang terasa berada pada sebuah keluarga baru. Dengan Bapak/Ibu, kakak, adik, Om dan tante. Figur-figur itu dapat dirasakan di sini. Dan memang terasa kekeluargaan, Ehhmm....meskipun terkadang ada sedikit perdebatan, dan salah faham, tapi menurutku itu hal biasa yang terjadi pada sebuah kantor. Dan tidak seperti dikantor sebelumnya yang ada hanya suasana penat dan tingkat stress yang cukup tinggi. Tapi ada juga beberapa hal yang dapat merubah suasana hati.

Untuk edisi pagi ini, sesampainya di kantor pada sebuah ruangan terbuka, terlihat beberapa karyawan di sela waktu yang masih cukup pagi, sedang bersantai sebelum memulai pekerjaan hari ini sambil menikmati secangkir kopi dan sibuk mengepulkan beberapa asap rokok, ada yang mencoba membuka obrolan dengan mencoba memaparkan kondisi yang di alamai. Sebuah masalah yang sedang di rasakan juga oleh sebagian masyarakat saat ini. Merasakan sebuah kondisi ekonomi yang makin lama makin tidak karuan.
Pusing dengan kondisi keuangan dan gaji yang pas-pasan. Dengan tingkat kebutuhan yang kian hari kian melambung belum lagi harga-harga siap naik kapan saja tanpa permisi. Dengan gaji yang lumayan mentok harus menghidupi beberapa buah hati. belum lagi biaya hidup yang lainya.
Wach….lumayan rumit membayangkanya saja.
Ya..memang itu adanya, tingkat kebutuhan sekarang ini cukup tinggi di bandingkan income yang di dapatkan. Banting tulang mencari rizki tambahan mungkin itu sebagian kecil jalan keluarnya. Untuk kelas ekonomi ke bawah hal ini pasti sangat dapat di rasakan. Bagaikan hidup segan mati tak mau, binggung kondisi seperti apa yang terjadi pada Negara ini.
Dalam kesulitan yang terjadi, ada sebagain manusia yang menikmati dan menari-nari di atas penderitaan ini. Bila melihat betapa enaknya pejabat-pejabat diatas sana bagaikan hidup di kayangan yang saking enaknya, melambung terus di atas tanpa mau melihat kebawah, dan suatu saat nanti bisa jatuh. Dengan se-enak hatinya korupsi di sana sini pemotongan dana ini dan itu. Weleh..weleh….apa nggak inget tuch uang punya siapa?? Dan memang bener-bener udah keblinger. Zaman sudah edan, “ jamane jaman edan sing ora edan ora kedhoman “ . kalimat yang penah aku dengar untuk menggambarkan kondisi zaman sekarang.
Masih banyak kepala – kepala keluarga yang lain yang merasakan betapa peliknya kondisi sekarang ini. Yach…memang kondisi Negara ini sangat memprihatinkan, jumlah hutang yang kian menumpuk belum lagi di tambah bunganya. Untuk membayangkan nilai nominalnya saja tak cukup rasanya isi kepala ini suakingg banyaknya. Ilmu apa yang mereka pelajari hingga menjadikan meraka sebagai pejabat yang hanya bisa menghabiskan uang rakyat. Makin geram rasanaya, bila melihat segala gemerlap kehidupanya.

Dengan kenyataan bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang tidak merasakan pendidikan, busung lapar dan masih banyak lagi. Sungguh malu bila melihat bahwa Indonesia, adalah Negara yang kaya akan sumber alamnya. Yang terlihat, memang kaya akan hutangnya.
Dimana letak rasa manusiawinya? Apakah memang hati itu sudah tertutup dengan kenikmatan harta yang hanya sementara. Tanpa berfikir Pertanggung jawabanya kelak di hadapan sang pencipta. Harus dengan teguran apa lagi? Padahal bencana demi bencana sudah terjadi, tsunami, banjir bandang, tanah longsor, belum lagi Gunung Merapi yang masih malu-malu untuk meletus. Dan bila Allah menghendaki tidak ada yang bisa menjamin besok pagi, atau sore nanti gunung itu siap mengeluarkan segala isinya.
Mudah-mudahan para pejabat di sana segera sadar dari kemabuk-kanya akan harta. Dan lebih dapat melihat kondisi Negara ini, lebih dapat menyibukkan dengan urusan-urusan yang manusiawi. Sebelum azab semakin bertubi-tubi. Tinggal penyeselan yang tersisa dan menghampiri.

posted by Alfie @ 10:34 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
BetApa kecIL maNusia di tengAh HamParan DuNia, KeruGianlah baGi meReka Yang Tiada MentafakurinYa. Bilakah HaTI manusIa terBuka UntuK TuHanya, kedamaianLah BagI meReka di Saat JumPa deNGanNya....
About Me

Name: AlfieAlfie
Home: Jakarta, Indonesia
About Me: simple:)
See my complete profile
Jakarta
Previous Post
Archives
Shoutbox

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Links
Yang Udah Maen
Credits

  • Clock by Clocklink
  • Counter by AmazingCounters
  • Free Shoutbox Technology Pioneer Free Blogger Templates

    BLOGGER